feedburner
Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

feedburner count

Mengukur Terang Demi Pelajari Energi Gelap

Label:


KOMPAS.com- Cahaya adalah aspek dasar dari astronomi, tapi anehnya para astronom justru tak memiliki aturan pakem untuk mengukur tingkat keterangan. Nah, sebentar lagi ini akan berubah, karena ukuran skala terang kuno akan diperbaharui, sehingga sifat sebenarnya dari energi gelap juga bisa diketahui.



Lebih dari 2.000 tahun lalu, astronom asal Yunani, Hipparchus, menetapkan skala ranking terang bintang. Sekarang, para astronom masih memakai sistem itu, yaitu dengan mengukur tingkat terang dengan membandingkannya ke beberapa bintang referensi. Masalahnya, tingkat terang bintang-bintang referensinya saja tak diketahui dengan akurat, dan pengukurannya tidak sejalan dengan perkembangan teknologi pendeteksi.

Contohnya, pengukuran paling akurat untuk tingkat terang bintang Vega saja berasal dari tahun 70'an. "Mengejutkan. Kemajuan di bidang itu (ukuran tingkat terang bintang) sangat kecil dalam beberapa dekade terakhir," tutur Gary Bernstein dari Universitas Pennsylvania, Philadelphia.

Untuk memecahkan masalah ini, tim di bawah pimpinan Mary Elizabeth Kaiser dari Universitas Johns Hopkins, Maryland, berencana untuk meluncurkan roket berteleskop untuk membuat pengukuran paling akurat untuk bintang-bintang referensi.

Roket berteleskop itu dinamakan ACCESS; kepanjangannya bisa diterjemahkan sebagai eksperimen kalibrasi warna absolut untuk bintang standar. Misi ini didanai oleh NASA dan akan siap diluncurkan dalam satu atau dua tahun untuk melakukan empat penerbangan suborbit. Penerbangan suborbit maksudnya menembus atmosfer bumi untuk beberapa menit, karena atmosfer itu mengganggu pengukuran.

Dalam penerbangan itu ACCESS akan mengukur tingkat terang empat bintang referensi, yaitu dua bintang paling terang, yakni Sirius dan Vega; dan dua lagi yang lebih redup. Tingkat presisi pengukuran kali ini dua kali lebih akurat dari pada pengukuran yang ada. Kemajuan ini dimungkinkan karena sensor teleskop dikalibrasi sebelum peluncuran dengan memakai cahaya buatan.

Hasil pengukuran ACCESS akan menjadi tolok ukur untuk pengukuran teleskop-teleskop lainnya. Dengan kemajuan ini maka tingkat terang supernova dan benda-benda ruang angkasa lainnya bisa diukur dengan lebih akurat.

Presisi ini juga akan menjadi kunci untuk menebak rahasia energi gelap, yaitu suatu benda misterius yang menyebabkan jagad raya makin cepat membesar. Keberadaan energi gelap ditetapkan pada tahun 1998 ketika para astronom menyadari bahwa supernova yang berada sangat jauh makin redup, yang artinya supernova itu lebih jauh dari perkiraan.

Para astronom masih tak mengetahui asal energi gelap. Energi gelap ini bisa saja berasal dari suatu kekuatan fundamental yang baru, atau mungkin ini berarti pengertian kita tentang gravitasi selama ini ada kekurangan. Untuk lebih memahami energi gelap, para peneliti mempelajari sejarah perluasan kosmis, dengan mencari variasi perubahan kecepatan perluasan selama ini. Hal ini memerlukan ukuran tingkat terang supernova yang lebih akurat untuk tiap zaman kosmis.

Anggota tim ACCESS, Adam Riess, dari Universitas Johns Hopkins, yang juga merupakan salah satu penemu energi gelap, mengatakan, kesalahan-kesalahan kecil bisa muncul ketika menggabungkan data tingkat terang dari teleskop-teleskop berbeda, sehingga para astronom bisa saja salah kaprah tentang percepatan perluasan itu. "Bisa saja energi gelap disangka berubah seiring waktu, tapi padahal itu hanya akibat dari pengamatan dengan titik referensi yang berbeda-beda."

Misi ACCESS akan membantu para astronom agar tak melakukan kesalahan ini. "(ACCESS) tidak mengukur energi gelap itu sendiri, tapi akan membantu membuat skala ukurannya lebih akurat."





Read More......

Ilmuwan Kaji Mitigasi Asteroid Pembunuh

Label:

BANDUNG, KOMPAS.com - Sejumlah ilmuwan dan pakar melakukan pertemuan baru-baru ini di Mexico City membahas pembuatan sistem peringatan dini (mitigasi) berjaringan global dari kemungkinan ancaman asteroid pembunuh yang dapat menghujam Bumi di masa-masa mendatang.



Pertemuan yang berakhir 20 Januari 2010, seperti dilansir Space.com pada 29 Januari 2010, diadakan oleh Asosiasi Penjelajah Angkasa serta Pusat Regional Ilmu Antariksa dan Pendidikan Teknologi untuk Wilayah Amerika Latin dan Karibia (CRECTEALC).

Workshop ini dihadiri para ahli pelacak asteroid, astronom, mantan astronot, ahli manajemen bencana, pakar komunikasi dan otoritas dari PBB.

Workshop ini bertujuan untuk menjembatani satu langkah besar ke d epan mengenai ide perlunya komponen informasi, analisi, dan sistem peringatan berjaringan mengenai ancaman asteroid, tutur Ray Williamson, Direktur Eksekutif Yayasan Keamanan Dunia (SWF) yang ikut mengorganisir pertemuan itu.

Uniknya, pertemuan ini berakhir tidak jauh setelah terjadinya peristiwa jatuhnya meteorit kecil yang menghancurkan sebuah kantor milik dokter di Virginia, AS. Dan, sehari setelah Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional (NAS), AS, melaporkan bahwa AS tidak melakukan upaya cukup untuk melindungi Bumi dari ancaman bahaya asteroid (near earth asteroid) dan komet.

Menurut Sergio Camacho, Sekjen CRECTEALC dan mantan Direktur Urusan Angkasa Luar Kantor PBB, workshop ini akan menjadi sumber vital bagi tim panel yang bekerja di Komite Perdamaian Angkasa Luar PBB. Komite ini bekerja selama tiga tahun ke depan untuk menyusun prosedur internasional dalam upaya mengatasi kemungkinan ancaman dampak kerusakan di Bumi akibat hujaman asteroid.

Gambaran mengenai kerusakan di Bumi yang bisa ditimbulkan akibat jatuhnya asteroid besar digambarkan dengan baik di sejumlah film layar lebar seperti Deep Impact dan Armageddon.






Read More......

Awak "Ekspedisi ke Mars" Selesaikan Eksperimen

Label:


Kamis, 16 Juli 2009 | 12:15 WIB

MOSKWA, KOMPAS.com — Di saat mimpi pendaratan manusia di Bulan masih diusahakan kembali, ambisi untuk melakukan ekspedisi ke Mars juga tengah disiapkan. Simulasi perjalanan panjang ke sana baru-baru ini sukses dan berjalan mulus.



Sebanyak enam relawan asal Eropa keluar dengan kondisi baik dari ruang simulasi kapsul ruang angkasa di Moskwa, Rusia, setelah menghabiskan lebih dari tiga bulan dalam kapsul tersebut. Meski terlihat lelah, mereka tetap sehat dan tersenyum.

Keenam orang ini adalah bagian dari eksperimen untuk mempelajari kondisi astronot ketika berada dalam situasi yang sangat terisolasi dan terkekang dalam kapsul ruang angkasa selama perjalanan panjang ke Mars. Dari enam sukarelawan itu, empat orang berasal dari Rusia, satu orang dari Jerman, dan satu orang lagi dari Perancis.

Sergei Ryazansky, kapten dari enam orang itu, mengatakan, hal yang paling berat selain mengetahui bahwa mereka "sedang" melakukan perjalanan sejauh 276 juta kilometer adalah bahwa mereka terkunci dalam ruang seukuran gerbong kereta tanpa jendela. "Hal yang juga sulit adalah bahwa penerbangan ini bukan sungguhan," ujar Ryazansky yang mengenakan pakaian antariksa biru model NASA dengan tulisan MARS 500.

Para awak yang dipilih dari 6.000 pelamar itu dibayar masing-masing 20.987 dollar AS (sekitar Rp 220 juta) untuk dikunci dalam modul yang serupa dengan kapsul antariksa sejak 31 Maret 2009. Mereka nyaris tidak diberi akses kepada dunia luar.

Mereka tidak memiliki televisi atau internet, dan hubungan dengan dunia luar hanyalah komunikasi dengan pusat pengendali eksperimen, yang juga memonitor mereka melalui kamera TV. Komunikasi itu pun mengalami jeda sekitar 20 menit agar benar-benar mirip penerbangan ruang angkasa.

Masing-masing awak memiliki kabin pribadi dengan interior seperti yang ditemui dalam kapal selam. Namun, struktur ruangannya dibuat khusus untuk percobaan perjalanan ruang angkasa.

Agar benar-benar terisolasi, pintu modul dikunci dengan palang dan diikat benang serta distempel dengan lilin merah.

Saat keluar pada Selasa (14/7) setelah terisolasi selama 105 hari, relawan dari Jerman mengaku benar-benar kehilangan orientasi waktu. Padahal, 105 hari masih jauh dari waktu sesungguhnya untuk menempuh perjalanan pergi dan pulang dari Mars. Tahun depan, sekelompok relawan lainnya akan memasuki kapsul yang sama dan akan diisolasi di dalamnya selama 520 hari sesuai perkiraan perjalanan pergi dan pulang dari Bumi ke Mars.

M4-09
Sumber : BBC




Read More......